Followers

Powered by Blogger.
Wednesday, October 26, 2011

bayang angkuh masa lalu

ku aku angkuh diri menatap terlalu jauh ke depan

berpendapat 'sang Pemberontak' itu hebat

tapi diri ini terlalu bodoh menterjemahkan

bahwa ini hanya pelarian seorang 'Pengecut'

semua ini keliru aku salah dengan langkah yang ku ambil

meyakinkan diri bahwa 'ini jalan hidupku'

membuang jauh kenyataan bahwa aku 'labil'

bersikap seolah aku yakin dengan keputusanku

dalam waktu yang terus beranjak

aku membanggakan 'Sang Pemberontak'

dan di setiap detik yang terlarut

aku memakinya sebagai 'Pengecut'

aku lelah menjadi sang pemberontak

tak apa mesti di caci

karena aku bukanlah si hebat

 

 

by : ujank

Masih Mau Tanya Dimana Cinta Sejati ?

kita selalu melankolis terhadap wanita yang kita sebut sebagai pacar.

kita rela melakukan apa saja untuknya, tapi 90% love story kita tetep sama berakhir dengan sakit hati.

kadang kita bertanya "di manakah cinta sejati ?"

layaknya peri bahasa "gajah di pelupuk mata tak tampak Semut di seberang lautan nampak"

pernahkah kita berfikir bahwa kita sudah mendapatkan cinta sejati ?

"kalo saya pribadi sih gak sama sekali"

apa pernah kita melakukan hal yang sama untuk seorang ibu ?

apa kita rela berkorban untuk kebahagiaan seorang ibu ?

menjawab ya ataupun tidak pada kenyataanya ibu selalu berkorban untuk seorang anak .

kadang kita merasa kesal ? wajar !

setiap ibu mempunya pola fikir masing - masing dan cara didik masing - masing, tapi tujuanya tetep sama ingin kita jadi orang .

ato kita bisa bayangkan setelah kita berkorban banyak untuk seorang wanita, gak peduli kita sekarat atau sakit kita tetep kejar kebahagiaan wanita itu. tapi wanita itu malah tidak memandang pengorbanan kita, dan malah memandang buruk terhadap kita .

so wajar kah seorang ibu kesal ?

penyesalan selalu datang di akhir ( teori mutlak )

so kalian yang masih beruntung "jaga baik2 ibu kalian"

"masih mau tanya di mana cinta sejati ?"

 

by : ujank

Malam Sepiku

Malam ini telah kujadikan saksi bisu

tentang titik demi titik serta garis demi garis yang saling berangkulan

membentuk sekelumit aksara yang sebenarnya tanpa sadar akan menjadi mimpi burukku sendiri.

maka ketika pelupuk mataku mulai lesu menatap sudut kamar, yang kulihat hanyalah kegelapan pekat dan bayanganku mulai menjejakkan kaki mungilnya kesana, menuju ujung-terujung kegelapan  yang menjadi tempat persinggahan arwah anjing-anjing lapar, dan bayanganku berkata “apa yang terjadi dengan malamku”

Maka setiap bergemeletupnya sendi, juga buka-tutupnya kelopak mata, hanyalah sepi yang tetiba datang melalui bibir jendela tanpa izin, lalu ia mulai membentuk sebuah lingkaran kesedihan padaku, mengajariku rumus-rumus duka cita hingga aku terjaga dengan sendirinya

kemudian kutatap sejenak langit langit, yang ada hanyalah pucatnya lampu menggantung kaku

Siapa penolongku! siapa sahabatku! dimana mereka?

mereka hanyalah ranjang reot, bantal, guling, dan selimut usang yang hanya mematung

semati tugu tak membantu, bahkan jemari Tuhan yang kuharap-harap juga tak membantu!

walaupun hanya sekedar untuk mengelus lembut kalbu

Sempatku berpikir apakah sepi yang membenciku ataukah aku yang membenci sepi

hingga kutenggak sebotol kenangan indah agar sepiku pergi

namun percuma itu sia-sia, semua membuatku putus asa

maka tak perlu tanyakan apa2

 

bu : ujank

Isi Buku

bukankah saat itu kau dan aku saling menyapukan warna dan menuliskan fakta bahwa kita jatuh cinta? tapi ternyata kau hanya menyusun daftar isi dan bab terakhir sementara aku terpaksa merangkak menata halaman demi halaman yang menolak dibaca kembali.

aku inginkan pembatas buku, katamu. lalu kau menyisipkan pisau tepat di bagian cerita yang ingin aku baca. paragraf yang ingin kau lupakan. kemudian aku berharap bisa mengenangmu seperti butiran permen berwarna cerah yang kau beri dahulu sebelum kau membunuhku tanpa sebuah peringatan.

bukankah ketika itu kau berkata akan memberiku kesempatan?

tahun itu taakan ku sia-sia kan, untuk apa yang kau inginkan

 

by : ujank

Kenangan

maka di sinilah aku

mengurai kenangan-kenangan lama

sendiri dengan jemari yang menari

angan akan dirinya menghujat bagaikan air hujan yang jatuh bersamaan

aku tak peduli

berusaha menjaga air yang menggenang di atas daun..

tapi daun hanyalah daun

yang menyerah menatap air yang terhempas mencium tanah

dari sekumpulan kenangan indah yak tak ingin ku inga

tdan ketika kau mengirim kata 'mundur' dan 'menyerah' dari jarak yang begitu jauha

ku takbisa menghepaskan semuanya

mulai ku rangkai kembali pita kaset tua tempat kita merekam ingatan

saat pagi buta dalam pelukan

saat terik siang dalam tawa

saat dingin malam dalam hangatnya kemesraan

tak terbatas cakrawala

demikian rindu yang kupunya

adapun cinta

perlahan pasti menemukan muaranya sendiri

 

by : ujank